Keberagaman dan Akulturasi KELOMPOK 4 • Maherta Enggar Pramudiya (J0B020024) •Dewi Ambar K (J0B020028) •Tiffany Edwina Gunawan (J0B020031) •Eka Mugi Lestari (J0B020034) • Windi Dwi Meilani (J0B020035.
Keberagaman. Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak perbedaan dalam berbagai bidang . Perbedaan tersebut dalam hal suku bangsa , ras , agama, keyakinan , ideologi politik , sosial-budaya , dan ekonomi . Faktor penyebab adanya keberagaman masyarakat Indonesia yaitu : Letak Strategis Kondisi negara kepulauan Perbedaan kondisi alam Keadaan transportasi dan komunikasi Penerimaan masyarakat terhadap.
Dampak Positif dan Dampak Negatif. Dampak positif sebagai berikut Terciptanya integritas nasional Menjadi sarana untuk memajukan pergaulan antar suku ,agama budaya dan golongan Dapat memperkaya khazanah bangsa Dampak negatif keberangaman masyarakat Indonesia : Terjadinya konflik dalam masyarakat Disintergrasi atau disorganisasi Priomodalisme.
Ad iza. Dodol dawet. Palang pintu betawi. Kawin culik sasak.
Akulturasi. Akulturasi didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi tatkala kelompok kelompok individuyang memiliki budaya berbeda terlibat dalam kontak yang terjadi secara langsung , disertai perubahan terus menerus , sejalan dengan pola-pola budaya asal dari kelompok itu atau dari kedua kelompok itu ..
P eralatan kosek ponjen Tradisi kosek ponjen merupakan salah satu tradisi pada pernikahan masyarakat Osing di Banyuwangi . Tradisi pernikahan tersebut menarik untuk diteliti karena , terdapat keyakinan dapat membersihkan diri dari segala macam bahaya pada calon pengantin . Ritual ini hanya dikhususkan pada mempelai perempuan atau laki-laki yang lahir terakhir atau anak ragil . Masyarakat Osing di Banyuwangi memiliki sinergitas dalam membangun relasi antara masyarakat dan para Kiai pesantren . Dari hulu hingga hilir masyarakat Osing di Banyuwangi mempunyai visi yang sama dalam melestarikan tradisi lokal ..
Dialektika suku Osing mampu menciptakan relasi sosial dan agama yang dapat memperkuat potensi budaya masyarakat Osing . Karena itu , Sosio-religi masyarakat Osing memperkaya wacana khasanah kebudayaan yang dapat melahirkan sebuah peradaban baru bagi masyarakat Jawa Timur. Kosek ponjen dimaknai sebagai sebuah pengharapan hidup baru dengan tetap mengamalkan ajaran Islam dengan terus berbagi sedekah dari harta yang dimiliki . Tidak ada yang abadi di dunia maka , persiapkan diri dengan bersedekah sebelum kesialan atau keburukan menimpa manusia . Tokoh masyarakat dan Kiai yang berperan dan mendukung pada tradisi kosek ponjen memperkuat identitas budaya suku Osing . Islam senantiasa memberikan ruang kepada umatnya untuk tidak kaku dalam melihat tradisi lokal.
Akulturasi Budaya Islam dan Adat Suku Bugis. Mapacci merupakan upacara adat perkawinan yang turun temurun dilakukan oleh suku Bugis dengan tujuan untuk membersihkan atau mensucikan mempelai dari hal-hal yang buruk , dengan keyakinan bahwa segala tujuan yang baik harus didasari oleh niat dan upaya yang baik pula..
Rangkaian Kegiatan Tradisi Mappacci yaitu dimulai dari p roses awal sebelum Mappacci Proses awal ini berisi kegiatan antara lain yang pertama yaitu Mappasau Botting/ Cemme Passih ( mandi ), yang kedua Berpakaian ( Baju Bodo), yang ketiga Khatammal Al- Qur‟an , dan yang terakhir barasanji Setelah proses awal sebelum mappacci kemudian dilanjutkan dengan kegiatan proses inti mappacci yaitu dengan cara meletakkan daun pacci ditelapak tangan calon mempelai . Adapun dalam proses meletakkan daun pacci itu ada tata caranya tersendiri . Setelah pemberian daun pacci kemudian dilanjutkan dengan proses akhir . Pada proses ini calon mempelai melakukan Jabat tangan memohon doa restu dari para hadirin , handai tolan , keluarga dan para sesepuh atau sinisepuh ..
Upacara Diarak Bako. Upacara Diarak Bako Dalam Upacara Diarak Bako dimaknai sebagai bentuk kasih sayang Bako kepada kedua mempelai , bentuk kepeduliannya sehingga Bako harus melaksanakan upacara Diarak tersebut . Rincian upacara tersebut mulai dari si Anak Daro ( penganti prempuan ) dan marapulai ( pengantin laki-laki ) yang datang ke rumah si Bako pada upacara yang akan dilaksanakan . Maka pertama sekali kedua mempelai akan disuruh makan terlebih dahulu bersama ninik mamak makan bersama . Yang keduanya akan didudukan di tempat spesial sehingga seluruh ninik mamak dapat menyaksikan pengantin perempuan maupun pengantin laki-laki.Setelah makan maka keduanya si Bako akan merias kedua calonmempelai layaknya pengantin yang dipertontonkan pada masyrakat . Diiringi dengan alat musik Canang sebagai bentuk pemeriahan acara tersebut ..
Usai dengan menghiasi kedua calon pengantin maka keduanya akan diberi nasihat oleh para tetua . Adapun setelahnya maka keduanya siap diarak menuju rumah resepsi yang akan diadakan yang biasanya diadakan di rumah mempelai wanita . Adapun dalam arakan tersebut maka para Bundo Kanduang akan melakukan arakan tersebut sembari membawa Dulang , Talam ( tempat / wadah pembawa hantaran ) biasanya berupa sirih lengkap ( sebagai kepala adat ), nasi kuning ( makanan adat ), antaran barang yang diperlakukan calon mempelai wanita seperti seperangkat busana , perhiasan emas , lauk pauk yang sudah dimasak maupun mentah , kue-kue dan sebagainya ..
Upacara Mapak Penganten. Ngeuyeuk seureuh Upacara adat Mapag Panganten merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat pernikahan dalam masyarakat Sunda . Secara etimologi , kata mapag dalam bahasa Sunda berarti menjemput atau menyambut . Maka Mapag Panganten adalah acara menyambut kedatangan pengantin dan keluarganya . Tari Mapag Panganten dapat dilakukan pada acara akad nikah ataupun pada saat resepsi . Apabila Mapag Panganten dilaksanakan pada acara akad nikah, maka tarian ini dilakukan untuk menjemput calon pengantin pria bersama keluarganya menuju ke kursi akad ( tempat yang sudah disediakan untuk ijab kabul ). Sedangkan pada acara resepsi , biasanya akad nikah telah dilakukan sebelumnya di Masjid atau di Kantor Urusan Agama (KUA)..
Jika demikian , maka tarian ini dilakukan untuk menjemput kedua pengantin yang sudah syah menjadi suami istri ke kursi pelaminan.Tari Mapag Panganten kreasi Citra Nusantara Studio dibuka dengan Lengser yang melakukan gerak sembah dan mengucapkan rajah. Setelah itu Pembawa Payung Agung, Penari Merak , kemudian Lengser Midang bersama Ambu , dan disambung oleh Penari Pamayang . Setelah semua sudah berada di depan calon mempelai pria , kemudian semua menari menghantarkan calon pengantin pria sampai ke kursi akad . Setelah tarian selesai , dilanjutkan dengan walimahan , sungkeman , nincak endog , meuleum harupat , parebut bakakak hayam , huap lingkung dan saweran . Ada delapan langkah yang perlu kamu tahu dan pahami maknanya dalam pernikahan ala Sunda . Neundeun omong Narosan Seserahan Ngaras Siraman Ngeuyeuk seureuh Akad nikah Acara saweran.
Akulturasi Pernikahan Suku Sasak. Pernikahan suku Sasak Masyarakat suku Sasak adalah penduduk asli dan kelompok etnis mayoritas yang mendiami pulau Lombok. Dalam adat tradisi pernikahan Sasak yang disebut merarik , ia dilakukan melalui tahapan-tahapan ketentuan adat yang meliputi : proses perkenalan dan pemilihan jodoh , dan lari bersama untuk merarik dan proses penyelaiannya serta agad perkawinannya . Pertama , tahap perkenalan dan pemilihan jodoh melalui lembaga adat yang disebut midang . Jika masing-masing pihak sudah merasa tertarik , maka terjadilah hubungan asmara yang disebut beberayean atau bekemelean ( berpacaran ). Kedua , melaiang dan proses penyelesaiannya ..
Dengan terjadinya merarik , berbagai tindakan adat yang mengarah pada terjadinya perkawinan mulai dilakukan oleh kedua mempelai . Tindakan tersebut meliputi : sejati ( pemberitahuan kepada pihak keluarga perempuan bahwa anaknya dilarikan untuk dinikahi ), selabar ( permintaan izian dari keluarga si laki kepada keluarga si perempuan untuk dinikahkan , disertai dengan pembahan adat , ajikraman , pisuke ) dan ngawinang ( aqad nikah). Terakhir adalah upacara perkawinan yang meliputi sorong seruh pembayunan dan nyongkolan . Sorong serah merupakan suatu seremoni perkawinan adat yang diadakan untuk memberikan dan menyerahkan aji krama serta benda-benda pelanggaran adat . Aji krama merupakan simbolisasi dari tingkat status sosial kedua mempelai , terutama mempelai perempuan serta anak keturunan yang dilahirkannya , setelah seremoni sorong serah dan pembayunan selesai , selanjutnya diakhiri dengan upacara nyongkolang . 4. Akulturasi Islam dan budaya lokal Sasak dimulai dari kedatangan para ulama penganjur Islam di Lombok yang ramah dengan tradisi lokal dan berperspektif Nusantara..
Bartholomew, Jhon Ryan, Alif Lam Mim : Kearifan Masyarakat Sasak , Yogyakarta: Tiara Budiwanti , Erni , Islam Sasak : Wetu Telu Versus Wetu Lima, Yogyakarta: LKIS, 2000. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTB, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara https://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-akulturasi.html?m=1#:~:text=Pengertian%20Akulturasi%20adalah%20proses%20sosial,sebagian%20berusaha%20menolak%20pengaruh%20itu Jurnal Uin Malang : http://etheses.uin-malang.ac.id/20394/6/15210080.pdf Jurnal Ilmiah Kepolisian Tanggon Kosala: Edisi Khusus, Juli 2018 http://digilib.uinsby.ac.id/46351/.
Terima Kasih!.