Scene 1

SINDROM METABOLIK Andi Ariesti Fajriyanti Syaidar K011191164 Gizi Masyarakat Pesisir dan Kepulauan (A)

Scene 2

Sindrom metabolik (SM) merupakan kumpulan dari beberapa gangguan metabolisme seperti obesitas sentral, hipertensi, intoleransi glukosa, dan dislipidemia yang dapat menimbul- kan berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskular, stroke, diabetes melitus tipe 2. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat sebaran faktor risiko dan kejadian sindrom metabolik pada Polisi di Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Makas- sar dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria NCEP-ATP III, ditemukan sebesar 41.7% responden menderita sindrom metabolik. Berdasarkan hasil analisis responden usia 30-44 tahun berisiko 1,333 kali menderita sindrom metabolik dibandingkan yang berusia 45-59 tahun

Scene 3

FAKTOR RISIKO KEJADIAN SINDROM METABOLIK PADA POLISI DI KEPOLISIAN RESORT KOTA BESAR (POLRESTABES) MAKASSAR

IBRAHIM, I.A., SYAHRIR, S., ADHA, A.S. AND SULASTRI, N.L., 2020  AL-SIHAH: THE PUBLIC HEALTH SCIENCE JOURNAL

Scene 4

Penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus menjadi pola epidemic baru yaitu yang ditandai dengan adanya peningkatan keadaan yang dikenal sebagai sindrom metabolik Sindrom metabolik muncul sebagai akibat dari interaksi antara kerentanan genetic (Pusparini, 2007) dan dipengaruhi oleh obesitas, perubahan gaya hidup, pola makan yang salah dan aktivitas fisik yang kurang. Di Indonesia sebanyak 23,34 % dari total populasi mengalami sindrom metabolik 26,2 % pada laki-laki dan 21,4 % perempuan. Polisi merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami berbagai gangguan penyakit seperti serangan jantung, gangguan tidur, obesitas, kanker, hingga gangguan mental. Kota Makassar diperkirakan memiliki prevalensi sindrom metabolik yang tinggi seiring dengan tingginya prevalensi kejadian obesitas umum (12,0%) yangmencapai rata-rata rasional (15,4%), serta obesitas sentral (34,6%) di atas rata-rata nasional (34,5%), perilaku kurang konsumsi buah sayur (98,3%) dan perilaku kurang aktivitas fisik (43,0%) (Kemenkes RI,2013).  Menurut hasil Riskesda thn 2013 lebih cenderung mengalami obesitas yang tinggi dan lebih dominan ke kelompok umur 35-60 tahun yang dimana rata-rata kalau diperkotaan biasnya orang yang berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai PNS/TNI/Polri.

Scene 5

Metode penelitian yang digunakan yaitu    penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian sindrom metabolik pada polisi di kepolisian resort kota besar (Polrestabes) Makassar.  Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif analitik dengan desain potong lintang (Cross Sectional Study).  Pengmbilan sample penelitian ini menggunakan accidental sampling dengan mengambil responden sebanyak 72 orang polisi.

Scene 6

Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu distribusi frekuensi dalam bentuk tabel.

Scene 7

Tabel 1. Analisis univariat responden di Kepolisian Resort Kota Besar Makassar
Variabel
Usia
30-44 tahun
45-59 tahun
Jumlah
Riwayat penyakit
Ada
Tidak ada
Jumlah
Status merokok
Tidak
Jumlah
A ktivi tas fisik
Berat
Ringan
Jumlah
Pola makan
Buruk
Baik
Jumlah
Komponen SM
Lingkar perut
Berisiko
Tidak berisiko
Tekanan darah
Berisiko
Tidak berisiko
Gula darah puasa
Berisiko
Tidak berisiko
Trigliserida
Berisiko
Tidak berisiko
Kejadian SM
Sindrom
Tidak sindrom
jumlah
Sumber: Data Primer,
17
55
72
16
56
72
43
29
72
40
32
72
35
37
72
52
20
26
46
26
46
31
41
30
42
72
Total
23.6
76.4
100
22.2
77.8
100
59.7
40.3
100
55.6
44.4
100
48.6
51.4
100
72.2
27.8
36.1
63.9
36.1
63.9
43.1
56.9
41.7
58.3
100
2018

Tabel 2. Analisis bivariat responden di Kepolisian Resort Kota Besar Makassar
Kejadian Sindrom Metabolik
Total
Variablel
USia
30-44 tahun
45-59 tahun
Jumlah
Riwayat penyakit
Ada
Tidak ada
Jumlah
Status merokok
Tidak
Jumlah
Aktivitas fisik
Berat
Ringan
jumlah
Pola makan
Buruk
Baik
Jumlah
Sindrom
Tidak sindrom
8
22
30
12
18
30
22
8
30
18
12
30
15
15
30
11.1
30.6
41.67
16.7
25.0
41.7
30.6
11.1
41.67
25.00
16.7
41.7
20.8
20.8
41.7
9
33
42
4
42
21
21
42
14
28
42
20
22
42
12.5
45.8
58.33
5.6
52.8
58.3
29.2
29.2
58.33
19.4
38.9
58.3
27.8
30.6
58.3
17
55
72
16
56
72
43
29
72
32
40
72
35
37
72
23.6
76.4
100
22.2
77.8
59.7
40.3
100
44.4
55.6
100
48.6
51.4
100
Hasil Uji Anal-
isis
6,333
3,000
0.025
Sumber: Data Primer, 2018

HASIL PENELITIAN DIANALISIS SECARA ANALISIS UNIVARIAT DAN ANALISIS BIVARIATE

Scene 8

Scene 9

USIA Terdapat kecenderungan antara usia dengan sindrom metabolik, dimana kecenderungan sindrom metabolik lebih banyak pada responden yang berusia lebih tua. Peningkatan usia akan menyebabkan penurunan fungsi metabolisme tubuh yang mengakibatkan terjadinya pe-prubahan (glukosa darah, HDL, trigliserida tekanan darah dan lingkar pinggang).

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Hasil analisis bivariate pada penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara riwayat penyakit dalam keluarga dengan kejadian sindrom metabolik dimana dari hasil penelitian ditemukan penderita sindrommetabolik memiliki riwayat keluarga obesitas dan diabetesmelitus masing-masing 23,50%.Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa responden yang memiliki riwayat penyakit dalam keluarga berisiko 6,333 kali mengalami kejadian sindrom me- tabolik dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarga.

Scene 10

STATUS MEROKOK Status merokok memiliki hubungn yang bermakna dengan sindrom metbolik yang dimana hasil dari penelitian, responden yang merokok berisiko 2,750 kali men- galami kejadian sindrom metabolik dibandingkan dengan responden yang tidak merokok yang dimana merokok bertanggung jawab terhadap mekanisme peningkatan berat badan, kadar kolesterol, aterosklerosis, resistensi insulin, risiko gangguan metabolik dan penyakit kardiovaskuler.

POLA MAKAN Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pola makan yang buruk meningkat- kan risiko 1,1 kali untuk mengalami ke- jadian sindrom metabolik dibandingkan dengan responden yang memiliki pola makan yang baik yang dimana jika terlalu berlebihan mengonsumsi protein,lemak dan karbo dapat mempengaruhi lipoprotein, trigliserida, kadar kolesterol dalam darah yang berakibat meningkatnya kasus sindrom me- tabolik pada saat dewasa.

Scene 11

AKTIVITAS FISIK Aktivitas fisik yang kurang berhubungan dengan kejadian sindrom metabolik sebaliknya, melalui aktivitas fisik dapat mengubah beberapa faktor risiko antara lain menurunkan kadar low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, meningkatkan kadar high density lipoprotein (HDL), meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan tekanan darah serta faktor risiko dari penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya. Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa responden yang memiliki aktifitas ringan berisiko 3,000 kali mengalami kejadian sindrom metabolik dibandingkan dengan responden yang memiliki aktifitas berat.

Scene 12

- Kejadian sindrom metabolik ini yang terjadi di  Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Makassar dari 72 responden ada sekitar 30orang polisi yang tidak mengalami sindrom metabolik dan sebanyak 42 orang polisi mengalami sindrom metabolik.  - Tidak terdapat hubungan antara kejadian sindrom metabolik dengan usia dan pola makan sedangkan terdapat hubungan antarakejadian sindrom metabolik dengan riwayat penyakit, status merokok dan aktivitas fisik semua polisi di Polrestabes Makassar.

Scene 13

Sindrom metabolik merupakan kondisi dimana bisa meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Penelitian ini menganalisis hubungan sindrom metabolik dengan beberapa aspek seperti merokok,umur,pola makan,aktivitas fisik,bahkan riwayat penyakit. Jika dilihat dari pengobatan diri untuk penyakit ini yaitu berolahraga dan berhenti merokok. Dimana penelitian ini berkaitam dengan hubungan sindrom metabolik dengan beberapa aspek diatas yang dimana hasilnya riwayat penyakit,status merokok dan aktivitas fisik memiliki hubungan dengan kejadian penyakit sindrom metabolik.

HUBUNGAN TOPIK SINDROM METABOLIK DENGAN PENELITIAN INI ADALAH:

The Anatomy of an Excellent Presentation

Page 1 (0s)

Page 2 (8s)

Page 3 (40s)

Page 4 (57s)

Page 5 (1m 52s)

Page 6 (2m 11s)

Page 7 (2m 24s)

Page 8 (3m 18s)

Page 9 (3m 29s)

Page 10 (4m 3s)

Page 11 (4m 39s)

Page 12 (5m 5s)

Page 13 (5m 27s)