Create by: Giant Template. Nama : Lutfi Wiwit Wicaksono Nim : 2101040008 Kelas : PBSI 2A.
BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan berbahasa pengucapan diftong dan vokal pada pidato Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam rangka HUT ke-74 Republik Indonesia. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah 1) metode simak dan 2) metode penelitian deskriptif melalui video.Sumber data dalam penelitian ini adalah pidato Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam rangka HUT ke-74 Republik Indonesia. Pengumpulan data menggunakan teknik notes seperti catat dan observasi . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi yakni pengucapan vokal /u/ → /o/ ( teros , agostus , repoblik , boat, haros ), pengucapan diftong / ey / → /ai/ ( sebagei , mulei ), pengucapan diftong /au/ → /o/ ( ataopun , maopun , kalolah , jikalo , sodara-sodaraku )..
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas , maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara pemecahan masalah kesalahan vokal diftong dalam Pidato ? 2. Bagaimana wujud pemahaman terhadap kesalahan vocal atau ucapan pada diftong dalam pidato ?.
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan kesalahan vocal diftong pada Pidato . 2. Untuk mendeskripsikan wujud pemahaman kesalahan vocal atau ucapan pada diftong dalam pidato ?.
D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis . a. Manfaat Teoretis 1. Adapun manfaat teoritisnya yaitu diharapkan mampu menjadi referensi atau bahan masukan dalam menganalisis Aspek Fonologi dari kesalahan pengucapan vocal yang terdapat pada pidato . b. Manfaat Praktis 1. Adapun manfaat praktisnya yaitu diharapkan mampu menjadi bahan kajian bagi mahasiswa dalam mengembangkan bidang keilmuannya dalam studi analisis aspek makna tujuan , khususnya pada bidang implementasi pada fonologi maupun untuk khalayak umum ..
BAB 2 PEMBAHASAN. P ENELITIAN RELEVAN Kesalahan pengucapan vokal u “ beliau tidak henti-hentinya mengagungkan semboyan "100% Katolik , 100% Indonesia" dan ungkapan itu teros berdengung hingga kini ”. “Sejarah mencatat , setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agostus 1945 sistem pemerintahan sempat berganti menjadi Republik Indonesia Serikat ”. “ Namun akhirnya sejak 17 Agustus 1950 Tanah Air ini kembali tegak berdiri sebagai Negara Kesatuan Repoblik Indonesia”. “Amal semua boat kepentingan semua , keringat semua boat kebahagiaan semua . Ho- lopis - kuntul-baris boat kepentingan bersama !”. “ Anak-anak kita haros jadi arus besar perubahan yang meluncur ke Utara, keseluruh bagian di penjuru dunia” Pengucapan vokal [u] pada kata-kata di atas seharusnya dibaca dengan tegak . Vokal [u] merupakan vokal tertutup . Sebab pelafalan vokal [u] adalah mulut berbentuk bulat , posisi lidah tinggi , dan berada di belakang ..
Kesalahan pengucapan diftong ai “ Pedagang kelahiran Yaman Selatan ini dengan berani menyediakan rumahnya di Pegangsaan Timur No 56 sebagei lokasi proklamasi kemerdekaan RI”. “ Mulei sekarang segala daya upaya , tenaga dan pikiran , jiwa dan raga kita kerahkan untuk masa depan cemerlang anak-anak kita ”. Pada kata di atas , pelafalan diftong /ai/ dilafalkan dengan mengucapkan huruf /a/ diganti /e/ padahal seharusnya pelafalan diftong ialah / єу /. Sebab diftong /ai/ pada pelafalannya fonem / i / akan lebih condong menjadi fonem /y/..
Kesalahan pengucapan diftong au “ Dalam masa perjuangan setelah kemerdekaan ini sudah semestinya kita tidak membedakan suku , agama atao pun ras ” “ Bahkan beliau jadi salah satu inspirator Bung Karno ketika pidato di majelis BPUPKI tentang berdirinya negara yang tanpa berasaskan ras maopon agama.” Pada kata-kata di atas pengucapan diftong /au/ salah. Seharusnya diftong /au/ dibaca [ ɔw ] bukan /o/. “ Kalolah sistem pemerintahannya pernah berubah , toh akhirnya jiwa-jiwa yang telah menyatu dari Sabang sampai Meroke dari Miangas hingga Rote tidak bisa dipisahkan ” “ Kalolah sistem pemerintahannya pernah berubah , toh akhirnya jiwa-jiwa yang telah menyatu dari Sabang sampai Meroke dari Miangas hingga Rote tidak bisa dipisahkan ” “ Jikalo saya peras yang lima menjadi tiga , dan yang tiga menjadi satu , maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen , yaitu perkataan gotongroyong .” “ Sodara-sodaraku , semua hal itu akan mampu kita hadapi dengan satu senjata , kebersamaan . Persatuan Indonesia! Pelafalan diftong di atas salah. Seharusnya fonem /au/ tidak dilihangkan salah satunya . Diftong /au/ dibaca menjadi [ ɔw ]. Vokal /u/ akan condong menjadi huruf /w/..
B. LANDASAN TEORI Dalam bahasa Indonesia, ada huruf vokal . Huruf vokal yaitu huruf-huruf yang bisa berdiri tunggal dan menghasilkan bunyi sendiri . Sementara diftong merupakan huruf vokal rangkap dua . Diftong adalah gabungan vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan w atau y. Berbeda dengan diftong yang berbunyi dua rangkap untuk satu silabel , triftong adalah luncuran satu vokal menuju vokal kedua dan ketiga , dan diucapkan secara cepat . Sebagai contoh , pengucapan kata hour kualitas vokal mirip ɑ: yang meluncur melalui area vokal belakang bundar (salah satu simbol yang digunakan adalah ʊ), kemudian diakhiri dengan vokal tengah /mid-central (ə). Simbol [ aʊə ] digunakan dalam pengucapakan hour Roach ( dalam Agus dkk , 2017))..
Huruf vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia jika udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan . Dalam bahasa Indonesia, huruf vokal adalah 5, yaitu A, I, U, E, dan O. Hashim (1974), Abdul Hamid (1982) dan Ahmad Ramizu (2009) beranggapan bahwa terdapat 15 fonem vokal , iaitu lapan vokal oral seperti di atas dan tujuh lagi ialah vokal nasal. Kesemua vokal oral di atas boleh menjadi vokal nasal yang mempunyai fungsi semantik kecuali vokal tengah /ə/. Vokal tengah /ə/ boleh dinasalkan tetapi tidak mempunyai fungsi semantik . Kelima huruf ini disebut sebagai huruf hidup karena mampu menghidupkan bunyi bahasa atau menghidupkan huruf mati konsonan . Sebagai contoh ketika merangkai huruf K dengan huruf vokal akan menghasilkan bunyi , seperti KA, KI, KU, KE, KO..
Diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya . Perbedaan vokal dengan diftong adalah terletak pada cara hembusan nafasnya . Di dalam bahasa Indonesia terdapat tiga diftong yang dilambangkan dengan gabungan huruf vokal ai, au, dan oi. Masalah diftong atau vokoid rangkap ini berhubungan dengan sonoritas / tingkat kenyaringan suatu bunyi . Dalam praktiknya , bunyi diftong ini dua macam , yaitu (a) diftong menurun (falling diphtong ) dan (b) diftong menaik (rising diphtong ). Diftong menurun vokoid (falling diphtong ) adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan , vokoid pertama bersonoritas , sedangkan vokoid kedua kurang bersonoritas bahkan mengarah ke bunyi non vokoid . Diftong menaik (rising diphthong) adalah diftong yang ketika perangkapan bunyi vokoid itu diucapkan . vokoid pertama kurang / menurut sonoritasnya dan mengarah ke bunyi nonvokoid,sedangkan vokoid kedua menguat sonoritasnya ..
Selain diftong , pelafan huruf u juga terkadang masih salah ucap . Kesalahan ucap fonem /u/ biasanya dibaca menjadi fonem /o/. Berikut ini adalah contoh pembacaan diftong dan fonem /u/. Ejaan Grafem Fonem Realisasi - < ai > / єу / [ єу ] : / gulai , rantai , ramai / bedakan dengan / gulai , mulai , rasai / - < au > / ɔw / [ ɔw ]: / pulau , kerbau , harimau,surau / bedakan dengan / mau , bau , aum , daun / - < oi > / ɔ у / [ ɔ у ] : / amboi , enjoi / bedaan dengan / boikot , join, koin / u/U < u > / u / [ u ]: [ upaya,sərupa , baru,batu ] [ Ʊ ] : [ kaƱl , baƱr ] Kesalahan pelafalan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari . Pendapat Grice ( dalam dalam Saddhono dkk , 2018) menyatakan bahwa preposisi yang diimplikasikan dalam tuturan yang bukan merupakan bagian dari tuturan bersangkutan . Supaya implikatur-implikatur tersebut dapat ditafsirkan maka beberapa prinsip kerja sama harus lebih dini diasumsikan dalam pelaksanaannya.Tetapi juga pada acara resmi , seperti pada saat pidato kenegaraan . Upaya yang dapat dilakukan agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terus terjadi adalah dengan mengasah kemampuan berbicara pribadi masing-masing . Namun , tidak semua orang bisa langsung terbebas dari kesalahan , terkadang kesalahan-kesalahan tersebut muncul tanpa disadari ..
A. KESIMPULAN Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam tataran linguistik maupun tataran fonologi . Dalam pidato Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam rangka HUT ke-74 Republik Indonesia terdapat kesalahan berbahasa tataran fonologi seperti pengucapan pengucapan vokal /u/ → /o/ ( teros , agostus , repoblik , boat, haros ), pengucapan diftong / ey / → /ai/ ( sebagei , mulei ), pengucapan diftong /au/ → /o/ ( ataopun , maopun , kalolah , jikalo , sodarasodaraku ). Kesalahan tersebut mengacu pada kesalahan huruf vokal dan diftong . Huruf Vokal merupakan bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia jika udara yang keluar dari paru-paru tidak terkena hambatan atau halangan . Sedangkan diftong adalah dua buah vokal yang berdiri bersama dan pada saat diucapkan berubah kualitasnya ..
B. SARAN 1. Bagi pembaca , untuk menggali pemahaman tentang pemahaman vocal diftong pada gaya bahasa yang digunakan untuk pidato . maka peneliti menyarankan agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pembelajaran fonologi pada vocal diftong . 2. Bagi peneliti , penelitian membantu tentang pemahaman kesalahan vokal diftong pada gaya bahasa saat berpidato dalam penelitian ini.Peneliti selanjutnya disarankan supaya lebih baik lagi dalam mengumpulkan data dan akan lebih baik lagi jika faktor-faktor yang menyebabkan pemahaman fonetik dikaji lebih dalam ..
C. DAFTAR PUSTAKA https://youtu.be/zX0i1zMxW6E. BAB 3 PENUTUP.